Penyamakan Kulit Mentah Menjadi Kulit Siap Dijadikan Produk

Proses Produksi Industri Penyamakan Kulit

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang didorong perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas. Potensi penyamakan kulit di Indonesia pada tahun 1994 terdiri dari 586 jumlah perusahaan yang terdiri dari industri kecil sebesar 489 unit dan industri menengah sebesar 8 unit, dengan kapasitas produksi sebesar 70,994 ton ( Dirjen industri aneka 1995). 
Pada Pelita VI Industri kulit dan produk kulit mempunyai investasi sebesar 3,746 milyar rupiah dengan penyerapan tenaga kerja 51,399 orang dengan jumlah Produksi 19,122 milyar rupiah dengan nilai ekspor US 7,354 juta.
Proses Produksi Industri Penyamakan kulit.
Industri penyamatan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, semua bagian kulit mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak. Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat organoleptis, fisis, maupun kimiawi.
Secara prinsip, ditinjau dari bahan penyamak yang digunakan, maka ada beberapa macam penyamakan yaitu:
a.       Penyamakan Nabati.
Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati yang berasal dari tumbuhan yang mengandung bahan penyamak misalnya kulit akasia, sagawe , tengguli, mahoni, dan kayu quebracho, eiken, gambir, the, buah pinang, manggis, dll. Kulit jadi yang dihasilkan misalnya kulit tas koper, kulit sol, kulit pelana kuda, kulit ban mesin, kulit sabuk dll.
b.      Penyamakan mineral.
Penyamak dengan bahan penyamak mineral , misalnya bahan penyamak krom. Kulit yang dihasilkan misalnya kulit boks, kulit jaket, kulit glase, kulit suede, dll. Disamping itu ada pula bahan penyamak aluminium yang biasanya untuk menghasilkan kulit berwarna putih ( misalnya kulit shuttle cock).
c.       Penyamakan minyak.
Penyamak dengan bahan penyamak yang berasal dari minyak ikan hiu atau ikan lain, biasanya disebut minyak kasar. Kulit yang dihasilkan misalnya: kulit berbulu tersamak, kulit chamois ( kulit untuk lap kaca) dll.
Dalam prakteknya untuk mendapatkan sifat fisis tertentu yang lebih baik, misalnya tahan gosok, tahan terhadap keringat dan basah, tahan bengkuk, dll, biasanya dilakukan dengan cara kombinasi.
Ada kalanya suatu pabrik penyamkan kulit hanya melaksanakan proses basah saja, proses penyamakan saja, proses penyelesaian akhir atau melakukan 2 tahapan atau ketiga- tiganya sekaligus.
Dalam Industri penyamatan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamatan kulit,yaitu:
1. Tahapan Proses Pengerjaan Basah ( Beam House).
a.       Perendaman ( Soaking).
Maksud perendaman ini adalah untuk mengembalikan sifat- sifat kulit mentah menjadi seperti semula, lemas, lunak dan sebagainya. Kulit mentah kering setelah ditimbang, kemudian direndam dalam 800- 1000 % air yang mengandung 1 gram/ liter obat pembasah dan antiseptic, misalnya tepol, molescal, cysmolan dan sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit dikerok pada bagian dalam kemudian diputar dengan drum tanpa air selama 1/ 5 jam, agar serat kulit menjadi longgar sehingga mudah dimasuki air dan kulit lekas menjadi basah kembali. Pekerjaan perendaman diangap cukup apabila kulit menjadi lemas, lunak, tidak memberikan perlawanan dalam pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220- 250% dari berat kulit mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit segar (60-65 %). Pada proses perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah sisa desinfektan dan kotoran- kotoran yang berasal dari kulit.
b.      Pengapuran ( Liming).
Maksud proses pengapuran ialah untuk.
1) Menghilangkan epidermis dan bulu.
2) Menghilangkan kelenjar keringat dan kelenjar lemak.
3) Menghilangkan semua zat-zat yang bukan collagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak.
Cara mengerjakan pengapuran, kulit direndam dalam larutan yang terdiri dari 300-400 % air (semua dihitung dari berat kulit setelah direndam), 6-10 % Kapur Tohor Ca (OH)2, 3-6 % Natrium Sulphida (Na2S). Perendaman ini memakan waktu 2-3 hari.
Dalam proses pengapuran ini mengakibatkan pencemaran yaitu sisa- sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan bulu yang terepas.
c.       Pembelahan ( Splitting).
Untuk pembuatan kulit atasan dari kulit mentah yang tebal (kerbau-sapi) kulit harus ditipiskan menurut tebal yang dikehendaki dengan jalan membelah kulit tersebut menjadi beberapa lembaran dan dikerjakan dengan mesin belah ( Splinting Machine). Belahan kulit yang teratas disebut bagian rajah (nerf), digunakan untuk kulit atasan yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut split, yang dapat pula digunakan sebagai kulit atasan, dengan diberi nerf palsu secara dicetak dengan mesin press (Emboshing machine), pada tahap penyelesaian akhir. Selain itu kulit split juga dapat digunakan untuk kulit sol dalam, krupuk kulit, lem kayu dll. Untuk pembuatan kulit sol, tidak dikerjakan proses pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.
d.      Pembuangan Kapur ( Deliming)
Oleh karena semua proses penyamakan dapat dikatakan berlangsung dalam lingkungan asam maka kapur didalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan akan mengganggu proses- proses penyamakan. Misalnya :
1)  Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi dengan zat penyamak menjadi Kalsium Tannat yang berwarna gelap dan keras mengakibatkan kulit mudah pecah.
2) Untuk kulit yang akan disamak krom, bahkan kemungkinan akan menimbulkan pengendapan Krom Hidroksida yang sangat merugikan.
Pembuangan kapur akan mempergunakan asam atau garam asm, misalnya H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, Dekaltal dll.
e.       Pengikisan Protein ( Bating).
Proses ini menggunakan enzim protese untuk melanjutkan pembuangan semua zat- zat bukan collagen yang belum terhilangkan dalam proses pengapuran antara lain:
1) Sisa- sisa akar bulu dan pigment.
2) Sisa- sisa lemak yang tak tersabunkan.
3) Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya untuk kulit atasan yang lebih lemas membutuhkan waktu proses bating yang lebih lama.
4) Sisa kapur yang masih ketingglan.
f.       Pengasaman (Pickling).
Proses ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit samak sintetis dan tidak dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit samak minyak. Maksud proses pengasaman untuk mengasamkan kulit pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam keadaan tidak bengkak, agar kulit dapat menyesuaikan dengan pH bahan penyamak yang akan dipakai nanti.
Selain itu pengasaman juga berguna untuk:
1) Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.
2) Menghilangkan noda- noda besi yang diakibatkan oleh Na2gS, dalam pengapuran agar kulit menjadi putih bersih.
2. Tahapan Proses Penyamakan ( Tanning).
Proses penyamakan dimulai dari kulit pikel untuk kulit yang akan disamak krom dan sintan,
Fungsi masing-masing proses sbb:
a.       Penyamakan.
Pada tahap penyamakan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni:
1) Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Nabati.
a). Cara Counter Current
Kulit direndam dalam bak penyamakan yang berisi larutan ekstrak nabati + 0,50. Be selama 2 hari, kemudian kepekatan cairan penyamakan dinaikkan secara bertahap sampai kulit menjadi masak yaitu 3- 4 0Be untuk kulit yang tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli pakaian kuda, dll sedang untuk kulit- kulit yang tebal seperti kulit sol, ban mesin dll a pada kepekatan 6-8 0 be. Untuk kulit sol yang keras dan baik biasanya setelah kulit tersanak masak dengan larutan ekstrak, penyamakan masih dilanjutkan lagi dengan cara kulit ditanam dalam babakan dan diberi larutan ekstrak pekat selama 2-5 minggu.
b). Sistem samak cepat.
Didahului dengan penyamakan awal menggunakan 200% air, 3% ekstrak mimosa (Sintan) putar dalam drum selam 4 jam. Putar terus tambahkan zat peyamak hingga masak diamkan 1 malam dalam drum.
2). Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Mineral.
a). Menggunakan bahan penyamak krom
Zat penyamak krom yang biasa digunakan adalah bentuk kromium sulphat basa. Basisitas dari garam krom dalam larutan menunjukkan berapa banyak total velensi kroom diikat oleh hidriksil sangat penting dalam penyamakan kulit. Pada basisitas total antara 0-33,33%, molekul krom terdispersi dalam ukuran partikel yang kecil ( partikel optimun untuk penyamakan). Zat penyamak komersial yang paling banyak digunakan memunyai basisitas 33,33%. Jika zat penyamak krom ini ingin difiksasikan didalam substansi kulit, maka basisitas dari cairan krom harus dinaikkan sehingga mengakibatkan bertambah besarnya ukuran partikel zat penyamak krom. Dalam penyamakan diperlukan 2,5- 3,0% Cr2O3 hanya 25 %, maka dalam pemakainnya diperlukan 100/25 x 2,5 % Cromosol B= 10% Cromosol B. Obat ini dilautkan dengan 2-3 kali cair, dan direndam selama 1 malam. Kulit yang telah diasamkan diputar dalam drum dengan 80- 100%air, 3-4 % garam dapur (NaCl), selma 10-15 menit kemudian bahan penyamak krom dimasukkan sbb:
- 1/3 bagian dengan basisitas 33,3 % putar selama 1 jam.
- 1/3 bagian dengan basisitas 40-45 % putar selama 1 jam.
-1/3 bagian dengan basisitas 50 % putar selama 3 jam
b). Cara penyamakan dengan bahan penyamak aluminium (tawas putih).
Kulit yang telah diasamkan diputar dengan:
-  40- 50 % air.
- 10% tawas putih.
- 1- 2% garam, putar selama 2-3 jam lu ditumpuk selam 1 malam.
- Esok harinya kulit diputar lagi selama ½ – 1 jam, lalu gigantung dan dikeringkan pada udara yang lembabselama 2-3 hari. Kulit diregang dengan tangan atau mesin sampai cukup lemas.
3). Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Minyak.
Kulit yang akan dimasak minyak biasanya telah disamak pendahuluan dengan formalin. Kulit dicuci untuk menghilangkan kelebihan formalin kemudian dierah unuk mengurangi airnya, diputar dengan 20-30 % minyak ikan, selama 2-3 jam, tumpuk 1 malam selanjutnya digantung dan diangin- anginkan selam 7-10 hari.
Tanda-tanda kulit yang masak kulit bila ditarik mudah mulur dan bkas tarikan kelihatan putih. Kulit yang telah masak dicuci dengan larutan Na2CO3 1%.
b.      Pengetaman (Shaving).
Kulit yang telah masak ditumpuk selama 1-2 hari kemudian diperah dengan mesin atau tangan untuk menghilangkan sebagian besar airnya, lalu diketam dengan mesin ketam pada bagian daging guna mengatur tebal kulit agar rata. Kulit ditimbang guna menentukan jumlah khemikalia yang akan diperlukan untuk proses- proses selanjutnya, selanutnya dicuci dengan air mengalir ½ jam.
c.       Pemucatan ( Bleaching).
Hanya dikerjakan untuk kulit samak nabati dan biasanya digunakan asam- asam organik dengan tujuan:
1) Menghilangkan lek- flek bsi dari mesin ketam.
2) Menurunkan pH kulit yang berarti memudahkan warna klit.
Cara mengerjakan proses pemucatan, kulit diputar dengan 150-2005 air hangat (36- 40 0C ). 0,5-1,0 % asam oksalat selama ½- 1 jam.
d.      Penetralan ( Neutralizing).
Hanya dikerjakan untuk kulit samak krom. Kulit samak krom dilingkungannya sangat asam ( pH 3-4) maka kulit perlu dinetralkan kembali agar tidak mengganggu dalam proses selanjutnya. Penetralan biasanya mempergunakan garam alkali misalnya NaHCO3, Neutrigan dll.
Cara melakukan penetralan, kulit diputar dengan 200% air hangat 40-600C. 1-2 % NaHCO3 atau Neutrigan. Putar selama ½- 1 jam.Penetralan dianggap cukup bila ½- ¼ penampang kulit bagian tengah berwarna kunung terhadap Bromo Cresol Green (BCG) indikator, sedangkan kulit bagian tepi berwarna biru. Kulit kemudian dicuci kembali.
e.       Pengecetan Dasar ( Dyeing).
Tujuan pengecetan dasar ialah untuk memnberikan warna dasar pada kulit agar pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu tebal sehingga cat tidak mudah pecah.
Cat dasar yang dipakai untuk kulit ada 3 macam:
1). Cat direct, untuk kulit samak krom.
2). Cat asam, untuk kulit samak krom dan nabati.
3). Cat basa, untuk kulit samak nabati.
f.       Peminyakan (Fat liguoring).
Tujuan proses peminyakan pada kulit antara lain sebagai berikut:
1). Untuk pelumas serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik dan tahan  getar.
2). Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang lainnya.
3). Membuat kulit tahan air.
Cara mengerjakan peminyakan, kulit setelah dicat dasar, diputar selama ½ – 1jam dengan 150 %- 200% air 40- 60 0C, 4-15% emulsi minyak. Ditambahkan 0,2- 0,5 % asam formiat untuk memecahkan emulsi minyak. Minyak akan tertinggal dalam kulit dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk pada kuda- kuda selama 1 malam.
g.      Pelumasan ( Oiling).
Pelumasan hanya dikerjakan untuk kulit sol samak nabati. Tujuan pelumasan ialah untuk menjaga agar bahan penyamak tidak keluar kepermukaan kulit sebelum kulit menjadi kering, yang berakibat kulit menjadi gelap warnanya dan mudah pecah nerfnya bila ditekuk..
Cara pelumasan, kulit sol sebagian airnya diperah kemudian kulit diulas dengan campuran:
1). 1 bagian minyak parafine.
2). 1 bagian minyak sulfonir.
3). 3 bagian air.
Kulit diulas tipis tetapi rata kedua permukaannya, kemudian dikeringkan.
h.      Pengeringan.
Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan kemudian dikeringkan. Proses ini bertujuan untuk menghentikan semua reaksi kimia didalam kulit. Kadar air pada kulit menjadi 3-14%.
i.        Kelembaban.
Kulit setelah dikeringkan dibiarkan 1-3 hari pada udara biasa agar kulit menyesuaikan dengan kelembaban udara sekitarnya. Kulit kemudian dilembabkan dengan ditanam dalam serbuk kayu yang mengandung air 50- 55 % selama 1 malam, Kulit akan mengambil air dan menjadi basah dengan merata. Kulit kemudian dikeluarkan dan dibersihkan serbuknya.
j.        Peregangan Dan Pementangan.
Kulit diregang dengan tangan atau mesin regang. Tujuan peregangan ini ialah untuk menarik kulit sampai mendekati batas kemulurannya, agar jika dibuat barang kerajinan tidak terlalu mulur, tidak merubah bentuk ukuran. Setelah diregang sampai lemas kulit kemudian dipentang dan setelah kering kulit dilepas dari pentangnya, digunting dibagian tepinya sampai lubang-lubang dan keriput- keriputnya hilang.
3. Tahapan Penyelesaian Akhir ( Finishing).
Penyelesaian akhir bertujuan untuk memperindah penampilan kulit jadinya, memperkuat warna dasar kulit, mengkilapkan, menghaluskan penampakan rajah kulit serta menutup cacat-cacat atau warna cat dasar yang tidak rata.(http://ehsablog.com/proses-produksi-industri-penyamakan-kulit.html)

Penyamakan Krom ( Chrome )

1.Penyamakan Krom

Proses penyamakan kulit bertujuan untuk mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh aktifitas mikroorganisme,khemis, atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut . Metode penyamakan kulit menggunakan bahan penyamak nabati dan bahan penyamak mineral.
Bahan penyamak mineral yang yang berasal dari logam kromium disebut krom. Penyamak mineral paling umum menggunakan krom mutunya ditentukan oleh kadar krom (yang biasa dinyatakan sebagai krom oksidasi). Metode penyamakan krom sangat berbeda dengan metode penyamakan nabati. Demikian pula hasilnya.
Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/lemes, dan lebih tahan terhadap panas yang tinggi, kekuatan tariknya lebih tinggi dan hasilnya akan lebih baik bila dilakukan pengecatan. Karena sifat-sifat tersebut kulit samak krom lebih cocok untuk dijadikan kulit atasan. Garam besi menghasilkan kulit yang kurang baik warnanya dan mudah patah, sedangkan garam aluminium menghasilkan kulit berwarna putih.
Penyamakan krom (chrome) merupakan penyamakan yang di mulai dengan pH rendah atau keadaan asam yaitu antara pH 2 sampai pH 3. Oleh sebab itu kulit perlu pengasaman agar mendapatkan kondisi yang di inginkan. Lama proses penyamakan krom biasanya memerlukan waktu antara 4 sampai 8 jam. Hal ini bukan merupakan patokan atau standart,tetapi juga tergantung dari tebal tipisnya kulit.
Selesai proses penyamakan,kemasakan kulit diuji gengan air  mendidih selama 2 menit. Jika terjadi pengkerutan tidak lebih dari 10%,berarti kondisi kulit sudah masak. Faktor yang penting dalam mempengaruhi sifat fisis kulit tersamak di antaranya adalah struktur kulit mentahnya. Kekuatan tarik merupakan salah satu faktor yang perlu di perhatikan dalam melakukan penilaian terhadap kulit jadinya.
Kekuatan tarik yang rendah menunjukkan kualitas serat kulit yang rendah. Dalam industri perkulitan,kulit krom menempati pasaran yang sangat baik terutama untuk kulit atasan sepatu,sarung tangan,pakaian dan lain-lain.
Kelebihan-kelebihan kulit samak krom yaitu:
  1. Kulit tersamak yang dihasilkan warnanya lebih terang
  2. Kekuatan tariknya lebih tinggi dibandingkan dengan samak lainnya.
  3. Kestabilan yang baik terhadap bahan-bahan kimia kecuali alkali.
  4. Mempunyai sifat fisik kemuluran dan kelunturan yang baik.
  5. Pada proses pengecatan dasar,menghasilkan warna yang cemerlang.
  6. Daya serap yang baik terhadap air dan udara.
  7. Proses penyamakannya dengan waktu yang relatif pendek.
  8. Mempunyai sifat kelunakan yang baik.
  9. Tahan terhadap air atau pencucian.

2. Bahan Penyamak Krom

Bahan penyamak krom dibuat dengan jalan mereaksikan beberapa bahan tertentu seperti kalium bikhromat, gula pasir, dan asam sulfat. Bahan penyamak krom ini dapat berbentuk tepung (powder),padat atau cairan.
Yang paling banyak dipasaran adalah bahan penyamak yang berbentuk tepung. Biasanya yang berbentuk cair biasa disebut Reduced Chrome.
Warna bahan penyamak krom adalah hijau tua, yang merupakan warna dari krom kompleks bervalensi 3+. Garam kompleks dibuat dari natrium bikromat (Na2Cr2O7) atau kalium bikromat (K2Cr2O7) yang direduksi dengan glucose atau gula pasir dalam suasana asam.
Pereaksi yang digunakan reduced chrome adalah sebagai berikut :
  • Natrium trio sulfat
  • Perhidrol (H2O2 3%)
  • Larutan NaOH 0,1 M
  • Larutan NaOH 1 M
  • Asam chlorida (HCl 4 M)
  • Esther
  • Kalium Iodida (KI 1M )
  • PP indicator
  • Amylum Indicato
  • Batu didih

3. Ikatan Bahan Penyamak Krom dengan Kulit

Dalam penyamakan krom terdapat 4 tahapan reaksi yang terjadi bersamaan. Reaksi ini terjadi  antara ligan-ligan koordinasi pada kromium komplek. Dengan pengaturan kondisi pH,suhu,dan konsentrasi kemungkinan dominasi dari masing-masing reaksi dapat dikontrol. Keempat reaksi-reaksi itu adalah:
  1. Reaksi antara gugus OH dan krom
  2. Reaksi antara kation dari komponen krom dan sulfat
  3. Reaktivitas dari bahan masking,misalnya formiat
  4. Reaktivitas dari protein kulit
Pada pH rendah konsentrasi OH⁺ dalam larutan juga rendah dan basisitas kromium juga rendah. Reaksi pertama dengan kenaikan pH akan mengarah ke kanan. Koordinasi dari ion-ion sulfat cenderung tidak dipengaruhi oleh pH dan ion sulfat akan masuk ke dalam kompleks pada pH rendah. Pembentukan ikatan koordinasi asam organik lemah atau bahan masking (masking agent) dengan kromium komplek,tergantung pada asam dan nilai pH yang tinggi akan menaikkan kereaktifan Protein kulit ,setelah terjadinya ionisasi tersebut nilai pH menjadi rendah dan kereaktifan terhadap kromium juga lebih kecil. Reaksi gugus karboksil pada protein sama dengan asam lemah tetapi cenderung lebih dipengaruhi oleh perubahan pH.
Kenaikkan pH akan menaikkan basisitas kromium komplek (lebih banyak OH yang masuk kedalam komplek). Dengan naiknya nilai pH maka reaktifitas protein juga meningkat dan tahap awal penyamakan tercapai. Pada akhir penaikan basisitas yang berarti basisitas tinggi dan ion sulfat sebagian sudah meninggalkan komplek. Penggabungan kromium komplek secara sempurna dengan protein kulit akan menghasilkan ikatan silang. Dengan naiknya basisitas,dua senyawa kromium saling bergabung antara satu dengan lainnya melalui gugus OH.

4. Mekanisme Penyamakan Krom

Garam khrom yang dapat digunakan untuk penyamakan adalah garam Cr yang bervalensi 3 dalam bentuk senyawa khrom sulfat basis. Selain sisa asam yang terdapat gugus OH yang terikat pada atom Cr. Perbandingan jumlah OH terikat dengan jumlah maksimum Cr dapat mengikat OH disebut Basisitas.
Selain dari basisitas mutu dari bahan penyamak khrom ditentukan oleh kadar khrom yang biasa dinyatakan sebagai Cr2O3.
Sifat dari larutan khrom adalah sebagai berikut :
v  Dalam larutan pekat molekulnya kecil, sehingga penetrasinya mudah
v  Dalam larutan encer molekulnya besar, sehingga penetrasinya sukar
v  Pada basisitas rendah daya ikat (fiksasi) rendah
v  Pada basisitas tinggi daya ikat (fiksasi) tinggi
v  Pada basisitas rendah mudah larut
v  Pada basisitas tinggi akan mengendap
Penyamakan dimulai dengan daya ikat kecil, prestasi besar kemudian setelah khrom masuk ke dalam kulit, daya ikat dinaikkan dengan cara menaikkan basisitas. Biasanya di mulai dari basisitas 20-33%, kemudian dinaikkan pada basisitas 50-55%.  Garam khrom ini mampu bereaksi dan membentuk ikatan dengan asam amino bebas dalam struktur protein kolagen yang relative.
Ikatan yang terbentu antara khrom dengan protein kulit disebut ikatan saling yang terbentuk selama proses penyamak akan menyebabkan berubahnya sifat kulit mentah menjadi lebih tahan terhadap pengaruh fisis maupun khemis seperti yang telah disebut dimuka. Seperti halnya bahan penyamak nabati, bahan penyamak krom juga mempunyai sifat-sifat tertentu yang berhubungan dengan besar kecil molekul krom, yang erat kaitannya dengan basisitas antara lain menurut Schorlemmer, Procter, dan Sistem Amerika.
a) Schorlemmer
Basisitas adalah banyak valensi Cr yang mengikat gugus OH, dibagi banyak valensi dari jumlah Cr dikalikan 100%
x 100%
Jadi rumus basistas adalah =
b) Procter
Basisitas adalah jumlah gram SO4 yang terikat pada satu atom Cr (52 gram).
c) Sistem Amerika
Sistem ini tidak menyebut basisitas tapi aciditas.
Aciditas= 100% – x % basisitas schorlemmer.
Besar basisitas garam krom dimulai dari 0%-100%. Garam krom yang mempunyai basisitas nol sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan protein kulit, sedangkan garam krom yang mempunyai basisitas 100% akan mengen dap sehingga tidak mungkin digunakan untuk menyamak kulit.
Pada tabel dibawah ini diberikan contoh basisitas menurut definisi masing-masing,
Schorlemmer Procter Amerika Rumus Kimia
0% 144 100% Cr ( SO4)3
33 1/3% 96 66 2/3% Cr2 (OH)2(SO4)2
66 2/3% 48 33 1/3% Cr2(OH)4(SO4)
100% 0 0% Cr(OH)3
Pada umumnya basistas disebut menurut schorlemmer.
Dalam penyamakan kulit dengan garam krom, basistas harus diatur sedemikian rupa supaya pada awal penyamakan molekul-molekul bahan penyamak krom mudah masuk ke dalam jaringan kulit dan pada akhir penyamakan daya ikat molekul dinaikkan, sehingga molekul-molekul krom yang ada dalam jaringan kulit berikatan secara sempurna dengan protein-protein kolagen kulit.
Biasanya pada awal penyamakan menggunakan bahan penyamak krom dengan basisitas krom sebesar 33%. Pada basisitas tersebut garam krom mempunyai daya penetrasi yang baik terhadap jaringan kulit walaupun daya ikat terhadap kulit lemah. Pada akhir penyamakan, basisitas dinaikkan dari 33% menjadi 66%, supaya garam krom mampu berikatan dengan protein kulit secara sempurna.
Garam krom yang biasa digunakan untuk menyamak kulit berwarna hijau, berupa tepung yang basisitasnya 33% dengan kandungan krom tertentu. Sebagai contoh : chromosal B, chrometan B, baychrom A,chromosal SF,dan sacro R.
untuk menaikkan basisitas garam khrom, digunakan natrium karbonat (Na2CO3). untuk menaikkan basisitas 100 g Cr2O3 setinggi 1% diperlukan soda abu sebanyak 2,14 g. bila yang dimiliki garam khrom yang valensi Cr nya 6 untuk dapat digunakan sebagai bahan penyamak harus disusutkan terlebih dahulu, dengan direaksikan dengan bahan-bahan penyusut dalam suasana asam. bahan penyusut yang digunakan biasanya gula, molase, asam yang digunakan asam sulfat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
8Na2Cr2O7+2AH2SO4+C12H22O11 ——-> 16Cr.OH.SO4+8Na2SO4+27H2O+12CO2
Salah satu resep pembuatan penyamak bahan penyamak khrom dari garam bikarbonat sebagai berikut :
100 bagian kalium bikarbonat dan 100 air dicampur dengan 100 bagian asam sulfat 96%. Kemudian di larutan gula dibuat 25 bagian gula dan 75 bagian air, di aduk.
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan alat yang tidak mudah teroksidasi dan bereaksi dengan asam sulfat. Mengerjakan harus hati-hati sebab reaksinya sangat keras, reaksi di anggap selesai bila semua Cr6+ sudah Cr3+
Cara Uji : Sedikit larutan khrom ditambah air asam sulfat encer, perhidrol dan sedikit ether bila menjadi ungu, berarti masih ada Cr6+.
Untuk memeriksa basisitas dari cairan khrom :
1. Periksa jumlah Cr secara yodometri
2. Periksa asam yang terikat pada Cr secara netralisir
a = ml N tio untuk periksa Cr secara yodometri
b = ml N NaOH untuk periksa asam yang terikat pada Cr sebab a-b adalah OH yang terikat pada Cr yaitu :
6OH (=2Cr)-4 OH (= 2 SO2)= 2 OH
Bahan dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :
- K2Cr2O7/Na2Cr2O7 90%
- Asam sulfat tehnis (98%)
- Aquadest
1.Metode Penyamakan Krom
Bahan penyamak krom yang ada dipasaran mempunyai (produk paten) mempunyai kadar Cr2O3 dan basisitas yang berbeda-beda, maka penggunaan bahan ini harus dipertimbangan lebih dahulu sebelum melakukan penyamak kulit.
Kemampuan bahan penyamak krom ditentukan oleh kadar Cr2O3nya. Misalnya, chromosal B (dari bayer) mempunyai basisitas 33% dan kadar kromnya (Cr2O3) hanya 25%. Untuk menyamak kulit reptil dipergunakan formula sebagai berikut :
R/   80% air bekas pengasaman,
2,5% Cr2O3 atau 10% cromosal B, dan
1% soda abu (Na2CO3)
1)Tahap Pertama
Masukkan chromosal B kedalam air pengasaman bersama kulit reptile yang akan disamak, lalu diaduk-aduk dan diremas-remas dengan kuat agar zat penyamak krom dapat masuk ke dalam jaringan kulit. Tahap pertama ini memakan waktu selama  kurang lebih 2 jam, dan selama itu kulit harus terus-menerus diaduk-aduk dan diremas-remas tanpa berhenti.
2)Tahap Kedua
Soda abu sebelum dimasukkan harus dilarutkkan dulu ke dalam air dengan perbandingan 1:3, lalu dibagi menjadi 3 bagian. Setelahg waktu 2 jam pertama, masukkan sepertiga bagian soda abu yang telah di encerkan, kemudian diaduk-aduk selama 15 menit. Selanjutnya sepertiga bagian kedua dimasukkan kedalam bak penyamak sambil diaduk-aduk 15 menit. Kemudian masukkan sepertiga bagian yang terakhir dan diaduk-aduk selama 4 jam tanpa berhenti.
Catatan :
1)      yang dibuat sendiri. Jumlah pemakaian Cr2O3 sama yaitu 2,5%. Reduced chrom biasanya mempunyai kadar Cr2O3 lebih kecil dari pada chromosal B. Reduced chrom yang mempunyai kadar Cr2O3 sebesar 20%. Padahal untuk penyamakan kulit dibutuhkan kurang lebih 2,5%. Cr2O3 yang dihitung dari berat kulit (missal gk gram), maka keperluan Cr2O3
Dan kebutuhan reduced chrom adalah :
Demikian pula, apabila menggunakan produk lain sperti chrometan yang kandungan Cr2O3nya 26%, oerhitungan berdasarkan berat kulitnya.
2)      Pada awal penyamakan krom yang basisitas awalnya 33 1/3%, zat penyamak akan mudah masuk kedalam kulit , karena basisitas tersebut ukuran partikmelnya relative kecil daripada zat penyamak yang mempunyai basisitas lebih tinggi. Pada basisitas ini partikel mempunyai daya ikat yang lebih rendah.
Tahap selanjutnya adalah penambahan Na2CO3 untuk menaikkan basisitas, supaya mencapai 55%-66%. Pada basisitas tersebut zat penyamak mempunyai daya ikat yang tinggi, tapi penetrasinya rendah. Besarnya kenaikkan basisitas tergantung pada jumlah Na2CO3 yang ditambahkan.
Jumlah Na2CO3 tidak terpenuhi dapat menyebabkan kulit tidak matang, sehingga kulit menjadi keras dan kaku serta sulit untuk proses selanjutnya.
Jumlah natrium karbonat yang dibutuhkan adalah 1,3%-1,4% dari berat kulit (bloten). Selain natrium formiat sebesar 0,5%-1,2%.
Untuk memahami dengan mudah sifat-sifat zat penyamak krom yang berhubungan dengan basisitas lihat dalam table dibawah ini.
Jenis Garam Krom Basisitas Schorlemmer Warna Kelarutan Kekuatan Ikatan(Astringency)
Krom sulfat 0% Hijau sangat baik kurang
Krom sulfat basis sedang 33% Hijau sangat baik sedang
Krom sulfat basis tinggi 45% Hijau sangat baik baik
Krom sulfat basis sangat tinggi 66% Hijau kurang Baik sekali, tapi sulit masuk dalam kulit
Krom hidroksida 100% Hijau pucat Tidak ada
  1. Uji kemasakan kulit
Kulit samak krom dikatakan masak atau matang bila kulit tersebut telah tersamak sempurna. Tanda-tanda kulit telah tersamak sempurna apabila kulit tersebut telah mengalami pengerutan bila dimasukkan ke air mendidih selama 3-5 menit. Uji kemasakan tersebut dinamakan “Boiling Test” ( Uji air mendidih).
Cara pengujian kemaskan kulit samak krom adalah sebagai berikut.
  1. Potonglah bagian kulit yang tebal, letakkan diatas papan kayu atau kertas yang rata, kemudian garislah dengan pensil membentuk bujur sangkar dengan ukuran 10×10 cm.
  2. Masukkan kulit tersebut kedalam air yang dipanaskan sampai mendidih selama 5 menit. Kemudian keluarkan dari dalam air dan dalam keadaan basah letakkan kembali diatas papan pengukuran tadi.
  3. Garislah kembali dengan pensil. Apabila kulit mengalami pengerutan ukurannya tentu akan berubah atau berbeda dengan ukuran semula.
  4. Kulit dianggap cukup matang apabila pengerutannya tidak lebih 10% dari luas kulit sebelum direbus.
Penyebab tidak masaknya kulit yang disamak krom antara lain : kurangnya waktu pengadukan, kurangnya jumlah natrium karbonat. Untuk kulit-kulit tipis seperti kulit ular, kadal, dan biawak waktu pengadukan sampai masak kurang lebih 9 jam. Sedangkan untuk kulit reptile yang tebal seperti ular yang panjangnya lebih dari 3 meter atau kulit buaya yang mempunyai rajah yang keras, waktu pengadukan lebuh dari 9 jam, bahkan sampai 14 jam.
Jika dalam waktu tersebut belum juga matang, kemungkinan jumlah natrium karbonatnya kurang. Oleh kar na itu harus tambah kurang lebih 0,5% lagi dan waktu pengadukan ditambah 2 jam. Uji kemasakn dilakukan kembali setelah selesai pengadukan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyamakan Krom

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyamakan krom antara lain:
a.Basisitas
Bahan penyamak krom membuat keberadaan basisitas. Basisitas yang semakin tinggi akan memperbesar krom komplek dalam larutan. Penggabungan dua atau lebih atom krom lebih dulu secara bersama dengan group hidroksil mengakibatkan terjadinya olation. Basisitas berhubungan sekali dengan pH. Reaksi antara krom komplek dengan OH dalam larutan tidak akan segera terbentuk,sehingga perubahan pH tidak menghasilkan basisitas baru dengan segera.
Basisitas dalam krom kompleks di definisikan sebagai presentase jumlah molekul hidroksil (OH) yang terikat dalam total valensi krom. Jika atom krom mengikat satu gugus hidroksil berarti senyawa ini mempunyai basisitas 33%,sedangkan yang mengikat dua gugus hidroksil (OH) senyawa ini mempunyai basisitas 66%.
Di dalam penyamakan krom dimulai dengan larutan yang mempunyai daya samak rendah yang berarti basisitas rendah dan diakhiri dengan larutan yang mempunyai daya samak tinggi yang berarti basisitas tinggi yaitu maksimum pada basisitas 50%.
Basisitas merupakan hal yang penting karena ini berhubungan dengan larutan krom,sehingga dalam penambahan ke dalam larutan krom,sehingga dalam penambahan bahan-bahan seperti NaHCO₃, Na₂CO₃,dalam penambahan ke dalam larutan krom harus dengan perlahan-lahan dan dengan pengadukan. Jika konsentrasi alkali terlalu tinggi akan menyebabkan terjadi garam krom yang terlalu cepat,dan apabila terjadi hal tersebut sulit untuk dipisahkan kembali sehingga akan berakibat fatal.
b. pH
Nilai pH dari larutan penyamakan krom sangat penting dimana pH yang tinggi akan mempercepat reaksi pada protein. Jika pH terlalu cepat atau terlalu tinggi akan mempercepat pengendapan bahan penyamak krom dalam larutan.
c. Temperatur
Temperatur yang tinggi akan mempercepat pergeseran reaksi. Pada temperatur tinggi reaksi pengikatan bahan penyamak krom dengan protein kulit semakin cepat dan olasi dari bahan penyamak krom menjadi lebih besar. Perbedaan pengaruh kebengkakan, penyamakan yang tidak rata, dan rajah tergambar dapat disebabkan karena temperature yang tinggi pada awal tahap penyamakan. Hampir semua penyamakan krom dimulai pada temperatur yang rendah.
d. Waktu
Proses penyamakan krom dan terbentuknya komplek baru, basisitas baru, olasi dan komplek yang ter-masking bukan merupakan reaksi yang cepat. Kecepatan masing-masimg reaksi berubah dengan kondisi pH dan temperatur.
e. Konsentrasi
Pada konsentrasi tinggi lebih banyak ligan dalam larutan yang akan bergabung dengan snyawa krom. Basisitas dari krom komplek juga akan menjadi rendah. Konsentrasi dan keseimbangan larutan dalam proses penyamakan krom harus dijaga agar tetap.
6. Kulit Wet Blue
Kulit Wet Blue adalah kulit yang telah disamak dengan bahan penyamak krom,tetapi belum diproses lebih lanjut dan dijual dalam keadaan basah,atau kulit Wet Blue adalah kulit yang baru saja disamak krom,tidak dikeringkan dan lain-lain. Sangat penting untuk diingat bahwa semua kulit Wet Blue meningkat keasamannya waktu pemeraman sehingga sangat peka terhadap variasi pH, maka kulit Wet Blue perlu untuk dinetralkan agar nantinya mampu bereaksi dengan bahan kimia pada proses selanjutnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadiran Allah SWT,karena berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan artikel ini sebagai tugas semester 1 tahun ajaran 2010/2011.
Artikel ini disajikan guna memberikan pedoman kepada Mahasiswa Program Studi Tekhnologi Bahan Kulit, Karet dan plastik. Dalam mempelajari pembuatan bahan penyamak.
Harapan dari penyusun agar pedoman ini mahasiswa bisa membuat bahan sendiri yang ada di Indonesia, jadi tidak ketergantungan dari luar negeri (impor), yang kualitasnya tidak kalah baik.
Masih banyaknya kekurangan dalam materi ini, saran dan kritik demi perbaikan dari semua pihak akan kami terima untuk kesempurnaan artikel ini.



Yogyakarta,September 2010
Penyusun



ARTIKEL
PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN
BAHAN PENYAMAK KROM

Di Susun :
Rahman Dayyan
TEKNOLOGI BAHAN KULIT, KARET & PLASTIK
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT
YOGYAKARTA

handapeunpost