Tahap Proses Penyamakan Kulit Kelinci

Kelinci merupakan salah satu jenis ternak yang pada umumnya diambil dagingnya sedangkan kulitnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Biasanya limbah kulit kelinci dapat dipergunakan sebagai barang kerajinan kulit maupun sepatu baik sebagai aksesoris sepatu maupun sebagai barang kulit. Karena kulit kelinci mempunyai bulu yang sangat indah maka kulit kelinci biasanya disamak bersama bulunya. Sedangkan kulit kelinci yang bulunya tidak rata atau banyak yang rontok karena kesalahan pengawetan masih dapat dimanfaatkan sebagai kulit jaket atau atasan sepatu. Kulit kelinci sebelum digunakan untuk kerajinan maupun sepatu harus disamak terlebih dahulu, agar kulit menjadi stabil yaitu tahan terhadap perlakuan fisis maupun kimiawi.

Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak (Purnomo, 1985). Menurut Judoamidjojo (1974), kulit mentah segar bersifat mudah busuk karena merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembangbiaknya mikroorganisme. Kulit mentah tersusun dari unsur kimiawi seperti: protein, karbohidrat, lemak, dan mineral. Oleh sebab itu, perlu dilakukan proses pengawetan kulit sebelum kulit diolah lebih lanjut. Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Dengan demikian, kulit hewan yang mudah busuk dapat menjadi tahan terhadap serangan mikroorganisme (Judoamdjojo, 1981).

Prinsip mekanisme penyamakan kulit yaitu memasukkan bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dan serat kulit (Purnomo, 1985). Menurut Muslich (1999), teknik penyamakan kulit dikelompokkan menjadi 3 tahapan, yaitu proses pra-penyamakan, penyamakan, dan pasca penyamakan.



Alat dan Mesin Pendukung Pengolahan

Penyamakan kulit-bulu kelinci dalam jumlah terbatas dapat dilakukan secara manual. Namun, diperlukan pengadukan terus menerus yang sangat melelahkan, sehingga kurang efisien dan efektif. Untuk memperoleh hasil yang baik, diperlukan alat-mesin yang sesuai. Untuk pengawetan kulit dibutuhkan alat perentang (stretcher). Menurut Pawirohasono (2008), penyamakan kulit kelinci butuh

Bak perendaman
Mesin samak berbentuk drum dengan putaran bolak-balik 90-120o atau drum/dengan pedal (pengayuh) berkecepatan rendah (<16 rpm),
Mesin peniris cairan seperti spinner
Rak peniris
Alat atau mesin stacking
Glacing (pelemas kulit)
Mesin buffing (pengampelas kulit).
Teknik penyamakan kulit dikelompokkan menjadi 3 tahapan antara lain yaitu :

1.      Pra-penyamakan,

Proses pra-penyamakan (beam open house operation) meliputi

Perendaman
Perendaman (soaking) merupakan tahapan pertama dari proses penyamakan yang bertujuan mengembalikan kadar air kulit yang hilang selama proses pengawetan sehingga kadar airnya mendekati kadar air kulit segar.

Pengapuran
Tujuan pengapuran adalah menghilangkan epidermis dan bulu, kelenjar keringat dan lemak, dan menghilangkan semua zat-zat yang bukan kolagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak.

Pembuangan daging dan bulu
Proses buang daging (fleshing) bertujuan menghilangkan sisa-sisa daging (subcutis) dan lemak yang masih melekat pada kulit. Proses buang bulu (scudding) bertujuan menghilangkan sisa-sisa bulu beserta akarnya yang masih tertinggal pada kulit  (Muslich, 1999).

Pembuangan kapur dan Bating
Pembuangan kapur (deliming) bertujuan untuk menurunkan pH yang disebabkan sisa kapur yang masuk masih terdapat pada kulit (Purnomo, 1985). Dilanjut dengan proses pencucian  Pelumatan (bating) bertujuan untuk membuka atau melemaskan kulit lebih sempurna secara enzimatik. Bahan yang digunakan adalah oropon atau enzilen, yaitu bahan yang dibuat dari pankreas dan garam-garam ammonium sebagai aktivator (Setiyono, 1995).

Pengawetan dengan Asam (Picle)
Picle yaitu untuk memberikan suasana asam pada kulit  sehingga lebih sesuai dengan senyawa penyamak dan kulit lebih tahan terhadap serangga bakteri pembusuk

2.      Penyamakan

Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/lemes, dan lebih tahan terhadap panas. Lewat proses penyamakan, dilakukan proses pemeraman yaitu menumpuk atau menggantung kulit selama 1 (satu) malam dengan tujuan untuk menyempurnakan reaksi antara molekul bahan penyamak dengan kulit

3.      Pasca penyamakan.

Menurut Muslich (1999), pasca penyamakan bertujuan membentuk sifat-sifat tertentu pada kulit terutama berhubungan dengan kelemasan, kepadatan, dan warna kulit. Menurut Purnomo (1985), proses pasca penyamakan terdiri atas

Netralisasi
Penetralan bertujuan mengurangi kadar asam dari kulit yang disamak menggunakan krom agar tidak menghambat proses pengecatan dasar dan peminyakan.

Pewarnaaan
Pewarnaan dasar memiliki fungsi sebagai pemberian warna dasar pada kulit tersamak seperti yang diinginkan.

Peminyakan
Peminyakan bertujuan melicinkan serat kulit sehingga lebih tahan terhadap gaya tarikan, menjaga serat kulit agar tidak lengket dan menjadi lebih lunak, lemas, memperkecil daya serap, serta membuat kulit lebih fleksibel.

Pengecatan
Pengecatan bertujuan untuk memenuhi selera konsumen. Pengecatan zat warna hanya melekat di permukaan dalam media bahan perekat yang fungsinya melekatkan warna dan memperbaiki permukaan kulit.

Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghentikan semua reaksi kimia di dalam kulit.

Pelembaban
Pelembaban biasanya dilakukan selama 1-3 hari pada udara biasa agar kulit  menyesuaikan kelembaban udara sekitarnya.

Pelemasan
Pelemasan dilakukan dengan tujuan untuk melemaskan kulit dan mengembalikan luas kulit yang hilang karena mengkerut selama proses pengeringan.

1 comments:

Unknown said...

Gan kalo mau pengawetan berikut bulu tapi peralatan dan bahan yg alami adakah caranya..? Pliss makasih..:)

Post a Comment

~ Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan
~ Silahkan tinggalkan link untuk Kunjungan balik
~ Jangan gunakan kata-kata yang mengandung Menghina dan Kata sara
~ Jadilah bloger yang baik dengan mencantumkan alamat sumber saat pembuat artikel
~ Gunakan Anonimous jika tidak punya account
~ Trimakasih atas kunjungan nya

handapeunpost